Minggu, 03 November 2013

Sejarah Pondok PSM Magetan


Pondok Pesantren PSM (Pondok Sabilil Muttaqien) pada awalnya bernama Pondok Pesantren Takeran. Pondok ini didirikan oleh Kyai Hasan Ulama dengan dibantu oleh sahabatnya yang bernama Kyai Muhammad Ilyas. Keduanya merupakan tokoh yang sangat disegani oleh masyarakat Takeran pada waktu itu, dalam perkembangannya pondok pesantren ini mengalami pergantian nama. Terjadinya pergantian nama ini terjadi pada tahun 1943 ketika pondok dipegang oleh Kyai Imam Mursyid Mustaqien. Pada awal berdirinya Kyai hasan Ulama memberikan wasiat bagi siapa saja yang nyantri di pondok pesantren yang dia dirikan adapun wasiat yang diberikan oleh Kyai hasan Ulama adalah sebagai berikut.
1.      Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat.
(Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan takut hidup miskin). Wasiat di atas dimaksudkan supaya kita sebagai umat islam tidak terlalu memburu harta dan tidak juga meminta-minta jabatan.
2.      Pilih ngendi, sugih tanpo iman opo mlarat nanging iman.
(pilih mana, kaya tanpa iman apa miskin tetapi beriman).
3.      Ojo demen ngudi pengaruhing pribadi (hawa nafsu), kang ono diopeni kanti tenanan, ojo kesengsem gebyaring kadonyan, kanuragan lan pengawasan dudu tujuan. Topo ngrame lakonono.
Maksudnya, kita sebagai umat islam itu jangan menuruti hawa nafsu pada diri kita pribadi, bersyukurlah terhadap apa yang kita miliki sekarang ini jangan sampai terlena dengan gemerlapnya dunia ini. Kita sebagai umat islam harus selalu topo ngrame (dzikrullah) selalu mengingat Allah.
4.      Sumber bening ora bakal golek timbo.
(sumber yang bening tak akan pernah mencari timba). Maksudnya, dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh hanya menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita diserahi tanggung jawab atas jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan.
5.      Ojo demen owah-owah tatanan poro sesepuh, wajibe mung ngopeni lan nglestareake.
Maksudnya, generasi penerus pondok pesantren dilarang merubah semua tatanan yang sudah ditetapkan oleh para sesepuh terdahulu, mereka hanya diwajibkan untuk merawat dan melestarikanya.
6.      Ojo demen nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno.
Maksudnya, generasi penerus itu dilarang bangga terhadap kakeknya atau orang tuanya yang menjadi seorang pejabat atau pun Kyai yang terpandang di masyarakat. Mereka tetap disuruh untuk menjalankan amal sholih.
7.      Nyawiji naliko nindakake kautaman, pisah ing dalem kemaksiatan, ing tembe bakal ono titi mangsane anak putu ono kang nemu emas sak jago gedhene, ananging iyo mung kandeg semono iku imane.
Maksudnya, kita sebagai umat islam disuruh untuk bersatu dalam melaksanakan perbuatan yang mulia (yang utama), dan menghindari segala perbuatan maksiat.
8.      Ora lewat anak putuku sing guyub rukun, dipodo tansah ngrameake masjid, tak pangestoni slamet dunyo akherat.
Artinya, tidak terlewatkan cucu-cucuku yang selalu menjaga kerukunan, ayo sama-sama meramaikan masjid, dijamin akan selamat dunia akhirat.
9.      Ojo kendhat tansah nindakake mujahadah taubat, koyo kang wis diparengake guru.
Maksudnya, generasi penerus disuruh untuk selalu melaksanakan mujahadah taubat, seperti yang telah diajarkan oleh para guru terdahulu.
Bukan hanya Kyai Hasan Ulama semata yang memiliki wasiat kepada para santri. Kyai Imam Mursyid Muttaqien selaku pendiri Pondok PSM juga memiliki wasiat kepada para santri. Adapun wasiat yang diberikan oleh sang kyai adalah sebagai berikut.
1.      Warga PSM kudu netepi mujahadah.
(warga PSM harus melaksanakan mujahadah)
2.      Warga PSM kudu ambelani ke PSM-ane.
( warga PSM itu harus menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar)
3.      Warga PSM kudu netepi komando akherat.
( warga PSM jika mendengar adzan harus segera pergi ke masjid)
4.      Warga PSM kudu naati amar-amar PSM.
(warga PSM harus menaati perintah-perintah pondok PSM)
5.      Warga PSM kudu bersatu rukun manunggal.
(warga PSM itu harus bersatu menjadi satu)
6.      Warga PSM kudu wani ambrantas hawa nafsu.
(warga PSM itu harus berani memerangi hawa nafsunya)
7.      Warga PSM pirantine AL-Qur’an, tasbih, sajadah, dene gamane wesi aji (pusoko).
(warga PSM itu paralatanya yaitu, AL-Qur’an, tasbih, sajadah. Sedangkan sejatanya adalah wesi aji (keris)
8.      Warga PSM ora keno njajal kabisane.
9.      Warga PSM marang lelakon iku kudu ditekakake marang kasampurnan.
(warga PSM itu apabila menjalankan sebuah usaha misalnya menuntut ilmu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh hingga mencapai hasil yang sempurna)
10.  Warga PSM ora keno mberkahake kabisane.
11.  Warga PSM yen ono kepentingan cukup diwacakake sak kalimat.
(warga PSM apabila menghadapi sebuah masalah atau pun kepentingan cukup dibacakan satu kalimat yaitu lafal “LAA ILAAHA ILLALLAH)”
12.  Warga PSM yen kepergok sambate……………..pimpinane.
(dulu warga PSM ini dikit-dikit  mengeluh kepada Kyai Imam Mursyid Muttaqien)
13.  Gaman wesi aji yen ono gawe dihunus.
(senjata yang dimiliki tidak boleh digunakan untuk pamer-pemeran, akan tetapi jika ada kaharusan untuk menggunakan baru saja dihunus)
14.  Warga PSM kudu biso iklas marang amale kabeh.
(warga PSM itu harus dapat ikhlas terhadap segala amalnya)
15.  Warga PSM sing wis insaf, mongko durung dibengat kudu dilatih.
(warga PSM yang sudah insaf akan tetapi belum dibaiat oleh sang guru harus dilatih terlebih dahulu)a
16.  Warga PSM ojo mamang-mamang, asal taat ke PSM-ane menowo sekarat pati, senajan durung dibengat INSYAALLAH, gusti Allah piambak kang bakal nulungi.
(warga PSM itu harus yakin tidak boleh ragu-ragu akan keselamatanya di dunia maupun akhiratnya, yang terpenting yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan itu, insyallah Allah sendiri yang menolong mereka meskipun mereka belum dibaiat)
17.  Warga PSM kudu gelem dadi jagae PSM.
(warga PSM harus mau menjadi benteng atau pembela PSM)
18.  Warga PSM yen diomongi kebecikan kudu digugu senajan sing omong kuwi ora shalat.
(warga PSM itu harus menuruti terhadap semua omongan atau nasihat yang baik meskipun orang yang bicara itu tidak melakukan shalat). Salah satu santri PSM mengatakan bahwa wasiat ini ibarat “emas yang keluar dari mulut anjing pun akan tetap berupa emas”. Selain daripada itu wasiat ini juga sesuai dengan hadits Nabi “undhur maa qaala walaa tandhur manqaala”.
Wasiat-wasiat itulah yang menjadi sebuah pembelajaran dalam menjalani kehidupan ini, termasuk di dalamnya yaitu menyangkut masalah pendidikan akhlak di pondok PSM. Disamping itu semua, para Santri juga diajari beberapa kitab kuning yang di dalamnya membahas tentang masalah akhlak yaitu: kitab Wasiatul Mustafa, Taisirul Khalaq, Nashoikhul ‘ibad, dan Akhlaqulil Banin. Semua ini merupakan sebuah sistem pembelajaran akhlak pada pondok pesantren Sabilil Muttaqien (PSM).
Sejarah telah mencatat bahwa Pondok PSM, sesungguhnya memiliki kisah masa lalu yang sungguh miris dan memilukan hati. Bagaimana tidak,  pada waktu itu ketika pondok dipimpin oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien terjadilah peristiwa kelam yang pernah menimpa negeri ini. Pada awal kemerdekaan itu tercatat ratusan ribu nyawa manusia melayang akibat dari peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesa (PKI)Awal mula pemberontakan PKI ini dilancarkan di daerah Madiun pada tahun 1948, yang ketika itu dipimpin oleh Muso dan Amir  Syafrudin. Banyak tokoh-tokoh agama yang ikut menjadi korban keganasan dan kebiadaban PKI ini. Tak terkecuali PSM, mereka sangat berduka karena kehilangan satu sosok sesepuh PSM yang paling dihormati oleh warganya, yaitu Kyai Imam Mursyid Muttaqien.
PKI dengan ideologi sosialis-komunisnya sangat membenci kepada slam pada umumnya, dan kepada para ulama dan kyai pada khususnya. Sebab, mereka itulah yang oleh PKI tergolong sebagai kelompok yang berusaha menghalangi misi mereka dalam menyebarkan paham komunisme di Indonesia. Islam sangat membenci komunisme yang bersikap atheis dan tak mengenal adanya peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Bagi mereka, Tuhan adalah akal pikiran mereka, dan oleh sebab kemampuan berpikir merekalah yang menjadikan mereka berkuasa. Oleh karena itu, umat Islam berupaya keras untuk membendung aksi komunis yang dilancarkan oleh partai ini karena khawatir aqidah yang ditanam oleh umat muslim di Indonesia ternodai oleh model pemikiran komunisme yang anti tuhan.
Pada awalnya, pondok PSM menjadi target pengepungan basis PKI. Menurut beberapa cerita yang diungkapkan narasumber, dikisahkan bahwa suatu ketika, pesantren mendapat sebuah kabar tentang munculnya paham komunisme yang tengah menyebar di Indonesia. Kemudian santri PSM langsung was-was dan siap siaga untuk menghadapi kemungkinan yang akan timbul. Kebetulan saja, basis pertama pemberontakan PKI berada di Madiun pada tahun 1948. Sehingga para warga PSM mengambil inisiatif untuk mengadakan penjagaan rutin (ronda bersama) siang dan malam dengan membentuk pagar betis di setiap sudut pondok.
Pada waktu itu PSM masih berada pada masa pembaharuan dan modernisasi yang diprakarsai oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien, menjadi target sasaran pemberontakan PKI ini. Kyai Imam Mursyid selaku pemimpin dan mursyid PSM turut menjadi korban keganasan PKI. Alkisah, pada hari jumat 18 september 1948, beliau didatangi oleh para tokoh PKI. Mereka sengaja berkunjung ke PSM untuk mengajak Kyai Imam Mursyid agar ikut bermusyawarah dalam rangka pembentukan Republik Soviet Indonesia. Kedatangan mereka disambut rasa cemas dan khawatir oleh masing-masing santrinya. Entah karena apa, Kyai Imam Mursyid menyetujui dan bersedia ikut rombongan PKI.
Namun tak disangka sama sekali, kepergian beliau merupakan kepergian untuk selama-lamanya dan tak akan pernah kembali. Apa yang dikhawatirkan santrinya benar-benar terbukti. Hingga saat ini, jenazah beliau tidak pernah ditemukan, walaupun menurut beberapa informasi bahwa para korban PKI teridentifikasi dibuang di beberapa sumur, seperti sumur yang terletak di desa Soco Kecamatan Bendo misalnya. Setelah diupayakan sepenuhnya oleh tim pencari korban kebiadaban PKI dengan membongkar sumur di desa Soco tersebut, namun jenazah Kyai Imam Mursyid tetap tidak kunjung ditemukan. Dari daftar korban yang telah ditemukan, ternyata nama Kyai Imam Mursyid Muttaqien tidak tercantum. Hal inilah yang menyebabkan santri PSM hingga sekarang masih percaya bahwa beliau kemungkinan masih hidup, namun entah dimana keberadaannya.

Sejarah Pondok PSM Magetan



Pondok Pesantren PSM (Pondok Sabilil Muttaqien) pada awalnya bernama Pondok Pesantren Takeran. Pondok ini didirikan oleh Kyai Hasan Ulama dengan dibantu oleh sahabatnya yang bernama Kyai Muhammad Ilyas. Keduanya merupakan tokoh yang sangat disegani oleh masyarakat Takeran pada waktu itu, dalam perkembangannya pondok pesantren ini mengalami pergantian nama. Terjadinya pergantian nama ini terjadi pada tahun 1943 ketika pondok dipegang oleh Kyai Imam Mursyid Mustaqien. Pada awal berdirinya Kyai hasan Ulama memberikan wasiat bagi siapa saja yang nyantri di pondok pesantren yang dia dirikan adapun wasiat yang diberikan oleh Kyai hasan Ulama adalah sebagai berikut.
1.      Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat.
(Jangan berharap jadi orang kaya dan jangan takut hidup miskin). Wasiat di atas dimaksudkan supaya kita sebagai umat islam tidak terlalu memburu harta dan tidak juga meminta-minta jabatan.
2.      Pilih ngendi, sugih tanpo iman opo mlarat nanging iman.
(pilih mana, kaya tanpa iman apa miskin tetapi beriman).
3.      Ojo demen ngudi pengaruhing pribadi (hawa nafsu), kang ono diopeni kanti tenanan, ojo kesengsem gebyaring kadonyan, kanuragan lan pengawasan dudu tujuan. Topo ngrame lakonono.
Maksudnya, kita sebagai umat islam itu jangan menuruti hawa nafsu pada diri kita pribadi, bersyukurlah terhadap apa yang kita miliki sekarang ini jangan sampai terlena dengan gemerlapnya dunia ini. Kita sebagai umat islam harus selalu topo ngrame (dzikrullah) selalu mengingat Allah.
4.      Sumber bening ora bakal golek timbo.
(sumber yang bening tak akan pernah mencari timba). Maksudnya, dalam menjalani kehidupan kita tidak boleh hanya menyia-nyiakan waktu hanya untuk mencari jabatan. Akan tetapi, kalau kita diserahi tanggung jawab atas jabatan tertentu, amanat itu harus kita laksanakan.
5.      Ojo demen owah-owah tatanan poro sesepuh, wajibe mung ngopeni lan nglestareake.
Maksudnya, generasi penerus pondok pesantren dilarang merubah semua tatanan yang sudah ditetapkan oleh para sesepuh terdahulu, mereka hanya diwajibkan untuk merawat dan melestarikanya.
6.      Ojo demen nyunggi katoke mbahe, amal sholeh tindakno.
Maksudnya, generasi penerus itu dilarang bangga terhadap kakeknya atau orang tuanya yang menjadi seorang pejabat atau pun Kyai yang terpandang di masyarakat. Mereka tetap disuruh untuk menjalankan amal sholih.
7.      Nyawiji naliko nindakake kautaman, pisah ing dalem kemaksiatan, ing tembe bakal ono titi mangsane anak putu ono kang nemu emas sak jago gedhene, ananging iyo mung kandeg semono iku imane.
Maksudnya, kita sebagai umat islam disuruh untuk bersatu dalam melaksanakan perbuatan yang mulia (yang utama), dan menghindari segala perbuatan maksiat.
8.      Ora lewat anak putuku sing guyub rukun, dipodo tansah ngrameake masjid, tak pangestoni slamet dunyo akherat.
Artinya, tidak terlewatkan cucu-cucuku yang selalu menjaga kerukunan, ayo sama-sama meramaikan masjid, dijamin akan selamat dunia akhirat.
9.      Ojo kendhat tansah nindakake mujahadah taubat, koyo kang wis diparengake guru.
Maksudnya, generasi penerus disuruh untuk selalu melaksanakan mujahadah taubat, seperti yang telah diajarkan oleh para guru terdahulu.
Bukan hanya Kyai Hasan Ulama semata yang memiliki wasiat kepada para santri. Kyai Imam Mursyid Muttaqien selaku pendiri Pondok PSM juga memiliki wasiat kepada para santri. Adapun wasiat yang diberikan oleh sang kyai adalah sebagai berikut.
1.      Warga PSM kudu netepi mujahadah.
(warga PSM harus melaksanakan mujahadah)
2.      Warga PSM kudu ambelani ke PSM-ane.
( warga PSM itu harus menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar)
3.      Warga PSM kudu netepi komando akherat.
( warga PSM jika mendengar adzan harus segera pergi ke masjid)
4.      Warga PSM kudu naati amar-amar PSM.
(warga PSM harus menaati perintah-perintah pondok PSM)
5.      Warga PSM kudu bersatu rukun manunggal.
(warga PSM itu harus bersatu menjadi satu)
6.      Warga PSM kudu wani ambrantas hawa nafsu.
(warga PSM itu harus berani memerangi hawa nafsunya)
7.      Warga PSM pirantine AL-Qur’an, tasbih, sajadah, dene gamane wesi aji (pusoko).
(warga PSM itu paralatanya yaitu, AL-Qur’an, tasbih, sajadah. Sedangkan sejatanya adalah wesi aji (keris)
8.      Warga PSM ora keno njajal kabisane.
9.      Warga PSM marang lelakon iku kudu ditekakake marang kasampurnan.
(warga PSM itu apabila menjalankan sebuah usaha misalnya menuntut ilmu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh hingga mencapai hasil yang sempurna)
10.  Warga PSM ora keno mberkahake kabisane.
11.  Warga PSM yen ono kepentingan cukup diwacakake sak kalimat.
(warga PSM apabila menghadapi sebuah masalah atau pun kepentingan cukup dibacakan satu kalimat yaitu lafal “LAA ILAAHA ILLALLAH)”
12.  Warga PSM yen kepergok sambate……………..pimpinane.
(dulu warga PSM ini dikit-dikit  mengeluh kepada Kyai Imam Mursyid Muttaqien)
13.  Gaman wesi aji yen ono gawe dihunus.
(senjata yang dimiliki tidak boleh digunakan untuk pamer-pemeran, akan tetapi jika ada kaharusan untuk menggunakan baru saja dihunus)
14.  Warga PSM kudu biso iklas marang amale kabeh.
(warga PSM itu harus dapat ikhlas terhadap segala amalnya)
15.  Warga PSM sing wis insaf, mongko durung dibengat kudu dilatih.
(warga PSM yang sudah insaf akan tetapi belum dibaiat oleh sang guru harus dilatih terlebih dahulu)a
16.  Warga PSM ojo mamang-mamang, asal taat ke PSM-ane menowo sekarat pati, senajan durung dibengat INSYAALLAH, gusti Allah piambak kang bakal nulungi.
(warga PSM itu harus yakin tidak boleh ragu-ragu akan keselamatanya di dunia maupun akhiratnya, yang terpenting yaitu melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan itu, insyallah Allah sendiri yang menolong mereka meskipun mereka belum dibaiat)
17.  Warga PSM kudu gelem dadi jagae PSM.
(warga PSM harus mau menjadi benteng atau pembela PSM)
18.  Warga PSM yen diomongi kebecikan kudu digugu senajan sing omong kuwi ora shalat.
(warga PSM itu harus menuruti terhadap semua omongan atau nasihat yang baik meskipun orang yang bicara itu tidak melakukan shalat). Salah satu santri PSM mengatakan bahwa wasiat ini ibarat “emas yang keluar dari mulut anjing pun akan tetap berupa emas”. Selain daripada itu wasiat ini juga sesuai dengan hadits Nabi “undhur maa qaala walaa tandhur manqaala”.
Wasiat-wasiat itulah yang menjadi sebuah pembelajaran dalam menjalani kehidupan ini, termasuk di dalamnya yaitu menyangkut masalah pendidikan akhlak di pondok PSM. Disamping itu semua, para Santri juga diajari beberapa kitab kuning yang di dalamnya membahas tentang masalah akhlak yaitu: kitab Wasiatul Mustafa, Taisirul Khalaq, Nashoikhul ‘ibad, dan Akhlaqulil Banin. Semua ini merupakan sebuah sistem pembelajaran akhlak pada pondok pesantren Sabilil Muttaqien (PSM).
Sejarah telah mencatat bahwa Pondok PSM, sesungguhnya memiliki kisah masa lalu yang sungguh miris dan memilukan hati. Bagaimana tidak,  pada waktu itu ketika pondok dipimpin oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien terjadilah peristiwa kelam yang pernah menimpa negeri ini. Pada awal kemerdekaan itu tercatat ratusan ribu nyawa manusia melayang akibat dari peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesa (PKI)Awal mula pemberontakan PKI ini dilancarkan di daerah Madiun pada tahun 1948, yang ketika itu dipimpin oleh Muso dan Amir  Syafrudin. Banyak tokoh-tokoh agama yang ikut menjadi korban keganasan dan kebiadaban PKI ini. Tak terkecuali PSM, mereka sangat berduka karena kehilangan satu sosok sesepuh PSM yang paling dihormati oleh warganya, yaitu Kyai Imam Mursyid Muttaqien.
PKI dengan ideologi sosialis-komunisnya sangat membenci kepada slam pada umumnya, dan kepada para ulama dan kyai pada khususnya. Sebab, mereka itulah yang oleh PKI tergolong sebagai kelompok yang berusaha menghalangi misi mereka dalam menyebarkan paham komunisme di Indonesia. Islam sangat membenci komunisme yang bersikap atheis dan tak mengenal adanya peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Bagi mereka, Tuhan adalah akal pikiran mereka, dan oleh sebab kemampuan berpikir merekalah yang menjadikan mereka berkuasa. Oleh karena itu, umat Islam berupaya keras untuk membendung aksi komunis yang dilancarkan oleh partai ini karena khawatir aqidah yang ditanam oleh umat muslim di Indonesia ternodai oleh model pemikiran komunisme yang anti tuhan.
Pada awalnya, pondok PSM menjadi target pengepungan basis PKI. Menurut beberapa cerita yang diungkapkan narasumber, dikisahkan bahwa suatu ketika, pesantren mendapat sebuah kabar tentang munculnya paham komunisme yang tengah menyebar di Indonesia. Kemudian santri PSM langsung was-was dan siap siaga untuk menghadapi kemungkinan yang akan timbul. Kebetulan saja, basis pertama pemberontakan PKI berada di Madiun pada tahun 1948. Sehingga para warga PSM mengambil inisiatif untuk mengadakan penjagaan rutin (ronda bersama) siang dan malam dengan membentuk pagar betis di setiap sudut pondok.
Pada waktu itu PSM masih berada pada masa pembaharuan dan modernisasi yang diprakarsai oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien, menjadi target sasaran pemberontakan PKI ini. Kyai Imam Mursyid selaku pemimpin dan mursyid PSM turut menjadi korban keganasan PKI. Alkisah, pada hari jumat 18 september 1948, beliau didatangi oleh para tokoh PKI. Mereka sengaja berkunjung ke PSM untuk mengajak Kyai Imam Mursyid agar ikut bermusyawarah dalam rangka pembentukan Republik Soviet Indonesia. Kedatangan mereka disambut rasa cemas dan khawatir oleh masing-masing santrinya. Entah karena apa, Kyai Imam Mursyid menyetujui dan bersedia ikut rombongan PKI.
Namun tak disangka sama sekali, kepergian beliau merupakan kepergian untuk selama-lamanya dan tak akan pernah kembali. Apa yang dikhawatirkan santrinya benar-benar terbukti. Hingga saat ini, jenazah beliau tidak pernah ditemukan, walaupun menurut beberapa informasi bahwa para korban PKI teridentifikasi dibuang di beberapa sumur, seperti sumur yang terletak di desa Soco Kecamatan Bendo misalnya. Setelah diupayakan sepenuhnya oleh tim pencari korban kebiadaban PKI dengan membongkar sumur di desa Soco tersebut, namun jenazah Kyai Imam Mursyid tetap tidak kunjung ditemukan. Dari daftar korban yang telah ditemukan, ternyata nama Kyai Imam Mursyid Muttaqien tidak tercantum. Hal inilah yang menyebabkan santri PSM hingga sekarang masih percaya bahwa beliau kemungkinan masih hidup, namun entah dimana keberadaannya.