Rabu, 23 Oktober 2013

Penemuan Situs Baru


Goa Pasir yang berada di Desa Junjung Kecamatan Sumbergempol diyakini masih banyak menyimpan sejumlah peninggalan bersejarah. Hal ini terlihat dengan adanya kegiatan penggalian situs di kawasan tersebut. Kawasan yang dijadikan penggalian ini terletak di bawah dari goa pasir. Tempat yang dahulunya biasa dijadikan tempat berkemah serta melakukan upacara saat peringatan hari besar nasional tersebut dibuat galian-galian dengan kedalaman antara 0,5 meter sampai dengan 1 meter.
Penggalian ini dilakukan oleh para arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Museum Trowulan. Penggalian yang dimulai sejak tanggal 13 Mei 2013 dan diakhiri pada tanggal 21 Mei ini merupakan tindak langsung dari penemuan sebelumnya. Temuan pertama situs ini terjadi pada tahun 2010 lalu. Pada tahun tersebut saat akan mendirikan panggung untuk sebuah acara pihak panitia menemukan sususan batuan kuno. Karena merasa batu-batuan tersebut diyakini masih ada kaitannya dengan situs-situs yang ada di goa pasir ini akhirnya pembangunan panggung acara tersebut dihentikan dan dipindah ketempat lain.
Ketika Posmo mendatangi lokasi penggalian tersebut pada minggu (19/5) nampak para pekera dan arkeolog masih sibuk bekerja. Mereka melakukan penggalian dan pengukuran untuk menentukan batas-batas dari situs yang diketemukan tersebut. Namun berkali-kali melakukan penggalian batas wilayah yang diinginkan masih belum di dapat. Menyikapi hal tersebut para arkeolog menginginkan adanya keputusan dari dinas-dinas terkait untuk memberikan izin agar dilakukan penggalian secara menyeluruh. Sehingga dapat diketahui data-data yang lebih lengkap tentang situs tersebut.
Para arkeolog yang terlibat dalam penggalian tersebut sejumlah sebelas orang arkeolog dan semuanya berasal dari Balai pelestarian cagar budaya (BPCB) Museum Trowulan Mojekerto, dari penemuan bekas bangunan tersebut ada dugaan bahwa tempat tersebut digunakan oleh para Resi untuk  berkumpul ketika akan  semedi di goa pasir. Bangunan tersebut diperkirakan berasal dari zaman Majapahit atau sekitar abad ke 14 sampai ke abad 16. Dugaan mengenai situs ini merupakan sebuah bangunan bekas tempat tinggal karena ditempat ini juga ditemukan artefak dan batu bata yang bercirikan khas dari kerajaan Majapahit.
Hal senada juga  diungkapkan oleh Nugroho Hardjo Lukito selaku arkeolog sekaligus ketua Tim Trowulan. Perkiraan bahwa tempat ini digunakan tempat para resi berkumpul sebelum melakukan persemedian diperkuat dengan pernah ditemukannya umpak di daerah ini. Dengan adanya umpak dapat dipastikan ada sebuah atap bangunan dan dari adanya atap bangunan tersebut pastinya ada sesuatu yang dilindungi dibawahnya.
Adanya anggapan ini didasarkan pada beberapa relief yang ada dan pernah ditemukan di daerah ini. Relief yang digunakan patokan bahwa tempat tersebut berasal dari era Majapahit adalah sebuah relief yang bergambar bunga teratai atau padma yang belum mekar. Menurut Nugroho relief yang demikian ini hampir selalu ditemukan pada peninggalan era Majapahit dari abad ke-14 hingga ke abad ke-16.
Menurut perkiraan sementara situs bangunan yang baru ditemukan ini memiliki hubungan yang erat dengan goa pasir sendiri. Goa pasir ini sendiri bukanlah sebuah goa alam melainkan merupakan sebuah goa buatan manusia dengan bentuk menyerupai persegi panjang dan tak terlalu dalam. Goa ini diperkirakan untuk melakukan persemedian dan digunakan pula melakukan penyucian diri.
Anggapan mengenai goa Pasir yang sebagai tempat penyuscian diri ini menurutnya terlihat dari relief-relief yang terdapat di daerah ini. Relief-relief yang tersebar di kawasan goa pasir ini apabila ditafsirkan memiliki makna pembersihan diri ataupun pengruwatan diri. Selain itu ditambahkan pula olehnya bahwa situs goa pasir ini juga dimungkinkan memiliki keterkaitan dengan situs-situs lain seperti goa selomangkleng, candi dadi, dan goa tritis. Situs-situs ini treletak dirangkaian gunung dimana goa pasir ini berada.
Dia juga melanjutkan, dengan banyaknya artefak dan barang bersejarah lainnya yang ditemukan di area goa pasir ini secara tidak langsung sangat bermanfaat bagi pengembangan goa pasir dalam hal pariwisata baik  dala, bidang budaya maupun religi. Berkaitan dengan hal tersebut, pihaknya akan meminta agar pemkab Tulungagung dan warga sekitar goa pasir tidak melakukan pembangunan di area goa pasir, terutama ditempat bekas bangunan Resi yang saat ini pondasi bangunannya telah ditemukan. “Hal ini karena diperkirakan masih ada barang bersejarah lainnya yang saat ini masih terkubur di area goa pasir,”katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar