Goa Pasir yang berada di Desa Junjung Kecamatan
Sumbergempol diyakini masih banyak menyimpan sejumlah peninggalan bersejarah. Hal
ini terlihat dengan adanya kegiatan penggalian situs di kawasan tersebut.
Kawasan yang dijadikan penggalian ini terletak di bawah dari goa pasir. Tempat
yang dahulunya biasa dijadikan tempat berkemah serta melakukan upacara saat
peringatan hari besar nasional tersebut dibuat galian-galian dengan kedalaman
antara 0,5 meter sampai dengan 1 meter.
Penggalian ini dilakukan oleh para arkeolog dari
Balai Pelestarian Cagar Budaya Museum Trowulan. Penggalian yang dimulai sejak tanggal
13 Mei 2013 dan diakhiri pada tanggal 21 Mei ini merupakan tindak langsung dari
penemuan sebelumnya. Temuan pertama situs ini terjadi pada tahun 2010 lalu.
Pada tahun tersebut saat akan mendirikan panggung untuk sebuah acara pihak
panitia menemukan sususan batuan kuno. Karena merasa batu-batuan tersebut
diyakini masih ada kaitannya dengan situs-situs yang ada di goa pasir ini
akhirnya pembangunan panggung acara tersebut dihentikan dan dipindah ketempat
lain.
Ketika Posmo
mendatangi lokasi penggalian tersebut pada minggu (19/5) nampak para pekera dan
arkeolog masih sibuk bekerja. Mereka melakukan penggalian dan pengukuran untuk
menentukan batas-batas dari situs yang diketemukan tersebut. Namun berkali-kali
melakukan penggalian batas wilayah yang diinginkan masih belum di dapat.
Menyikapi hal tersebut para arkeolog menginginkan adanya keputusan dari
dinas-dinas terkait untuk memberikan izin agar dilakukan penggalian secara
menyeluruh. Sehingga dapat diketahui data-data yang lebih lengkap tentang situs
tersebut.
Para arkeolog yang terlibat dalam penggalian
tersebut sejumlah sebelas orang arkeolog dan semuanya berasal dari Balai
pelestarian cagar budaya (BPCB) Museum Trowulan Mojekerto, dari penemuan bekas
bangunan tersebut ada dugaan bahwa tempat tersebut digunakan oleh para Resi
untuk berkumpul ketika akan semedi di goa pasir. Bangunan tersebut
diperkirakan berasal dari zaman Majapahit atau sekitar abad ke 14 sampai ke
abad 16. Dugaan mengenai situs ini merupakan sebuah bangunan bekas tempat
tinggal karena ditempat ini juga ditemukan artefak dan batu bata yang
bercirikan khas dari kerajaan Majapahit.
Hal senada juga diungkapkan oleh Nugroho Hardjo Lukito selaku
arkeolog sekaligus ketua Tim Trowulan. Perkiraan bahwa tempat ini digunakan
tempat para resi berkumpul sebelum melakukan persemedian diperkuat dengan
pernah ditemukannya umpak di daerah ini. Dengan adanya umpak dapat dipastikan
ada sebuah atap bangunan dan dari adanya atap bangunan tersebut pastinya ada
sesuatu yang dilindungi dibawahnya.
Adanya anggapan ini didasarkan pada beberapa
relief yang ada dan pernah ditemukan di daerah ini. Relief yang digunakan
patokan bahwa tempat tersebut berasal dari era Majapahit adalah sebuah relief
yang bergambar bunga teratai atau padma yang belum mekar. Menurut Nugroho
relief yang demikian ini hampir selalu ditemukan pada peninggalan era Majapahit
dari abad ke-14 hingga ke abad ke-16.
Menurut perkiraan sementara situs bangunan yang
baru ditemukan ini memiliki hubungan yang erat dengan goa pasir sendiri. Goa
pasir ini sendiri bukanlah sebuah goa alam melainkan merupakan sebuah goa
buatan manusia dengan bentuk menyerupai persegi panjang dan tak terlalu dalam.
Goa ini diperkirakan untuk melakukan persemedian dan digunakan pula melakukan
penyucian diri.
Anggapan mengenai goa Pasir yang sebagai tempat
penyuscian diri ini menurutnya terlihat dari relief-relief yang terdapat di
daerah ini. Relief-relief yang tersebar di kawasan goa pasir ini apabila
ditafsirkan memiliki makna pembersihan diri ataupun pengruwatan diri. Selain
itu ditambahkan pula olehnya bahwa situs goa pasir ini juga dimungkinkan
memiliki keterkaitan dengan situs-situs lain seperti goa selomangkleng, candi
dadi, dan goa tritis. Situs-situs ini treletak dirangkaian gunung dimana goa
pasir ini berada.
Dia juga
melanjutkan, dengan banyaknya artefak dan barang bersejarah lainnya yang
ditemukan di area goa pasir ini secara tidak langsung sangat bermanfaat bagi
pengembangan goa pasir dalam hal pariwisata baik dala, bidang budaya maupun religi. Berkaitan
dengan hal tersebut, pihaknya akan meminta agar pemkab Tulungagung dan warga
sekitar goa pasir tidak melakukan pembangunan di area goa pasir, terutama
ditempat bekas bangunan Resi yang saat ini pondasi bangunannya telah
ditemukan. “Hal ini karena diperkirakan masih ada barang bersejarah
lainnya yang saat ini masih terkubur di area goa pasir,”katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar